Minggu, 09 Januari 2011

Tifsembiring, RIM, dan Miyabi Glodok

Barangkali, Blackberry (BB) memang sudah jadi ‘senjata’ wajib bagi sebagian kita. Kehadirannya mungkin mutlak dalam menemani keseharian. Bukan hanya sebagai pelengkap, bisa jadi malah menjadi pemicu bagi ‘kegiatan baru’, misalnya ngerumpi di BBM Group :)
Karena sudah begitu melekatnya BB, saya faham begitu banyak yang kontra terhadap rencana Menkominfo kita (aka. @tifsembiring) untuk memblokir layanan Blackberry bila RIM (produsen BB) tak kunjung mem-filter konten porno.
Saya tak tahu alasan sebenarnya penolakan, juga dukungan, dari beberapa pihak terhadap kebijakan Pak Menteri. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Namun ada beberapa hal yang ingin saya utarakan.

Pertama, misalnya kita sepakati bahwa konten pornografi merusak moral bangsa dan perlu diblokir distribusinya. Apaka internet distributor utama pornografi? Tentu tidak. Namun internet punya peran penting dalam distribusi pornografi. Ingat siapa saja situs yang menduduki top 10 rank Alexa sebelum era social network? Yup. SITUS PORNO! Bersyukurlah Facebook hadir dan memberi kita kebiasaan baru. Facebook bebas pornografi? Ahh, itu lain kali saja di bahas.
Kedua, apakah BB benar bisa menyebarkan pornografi? Kalaupun benar, kan ga banyak? Berapa persen sih bandwidth-nya? Bukannya agak lemot untuk download video? Bukannya peredaran DVD bajakan (porno pula) lebih urgen dibahas?
Well, saya tidak tahu prioritas menkominfo beberapa hari ini. Saya juga tidak tahu jadual mereka ke Glodok untuk basmi DVD porno (bajakan pula), atau kapan makan mie ayam bareng Miyabi. Yang saya tahu, semua penyedia jasa internet (ISP) utama sudah menerapkan filtering konten porno ini. Baik itu lewat selular, CDMA, kabel telpon, dan media lainnya. Apakah itu efektif memberantas pornografi? Belum. Pornografi seperti kejahatan pada umumnya yang hanya bisa ditekan tanpa bisa dihilangkan. Selalu berganti modus dan operasi. Karena itu cara yang paling bagus adalah pemblokiran dari level ISP –tidak cukup dari browser atau handset.
Tapi itu kan urusan ISP, BB kan lain.
Nah, disini uniknya. RIM dengan layanan BIS-nya, sebenarnya juga merupakan operator. RIM tidak punya infrastruktur jaringan (tower, radio, dsb) namun beroperasi laiknya operator. Bukankah anda bayar rutin untuk menikmati BIS? Bukankah itu mirip kita beli pulsa prepaid atau bayar tagihan postpaid? Ya, RIM adalah operator ‘virtual’ yang ‘numpang’ layanan operator ponsel kita. Atau bahasa resminya: ‘Mobile Virtual Network Operator’ alias MVNO.
Sebagai operator yang beroperasi di wilayah RI, sudah semestinya RIM tunduk dan patuh terhadap aturan-aturan negara.
RIM bukan hanya satu-satunya MVNO di Indonesia. Ada beberapa ISP yang juga ‘numpang di operator. RIM dengan layanan BIS-nya juga menyediakan akses ke internet bukan? Simak saja APN yang dia gunakan, blackberry.net. Artinya, RIM juga adalah ISP yang beroperasi di Indonesia, yang juga harus tunduk pada peraturan di Indonesia.
Poin yang ketiga, RIM lagi-lagi adalah operator yang unik. Semua pengelolaan data dilakukan terpusat dan terenkripsi di server pusatnya di Kanada. Mungkin hanya RIM yang menggunakan cara ini. Google, Facebook, Yahoo, dan raksasa internet lainnya sudah mendistribusikan server-nya ke beberapa negara. Selain efisien, RIM mungkin berusaha untuk melindungi teknologinya yang dianggap sebagai kunci utama menjaga posisinya di kompetisi.
Reaksi keras sudah pernah dilontarkan Uni Emirat Arab (UAE) terkait ini. Pemerintah UAE resmi memblokir BB pada Oktober 2010 lalu dengan alasan keamanan nasional. Apakah ini yang jadi inspirasi @tifsembiring?
Soal pornografi, China malah bereaksi sangat keras. Bukan pada BB, namun pada Google. Pemerintah China menolak kehadiran Google karena dianggap gagal melakukan sensor pornografi. Akibatnya, Google harus membelokkan google.cn ke google.com.hk. Apakah ini yang sedang dilakukan @tifsembiring?
Well, saya pribadi getol dengan handset BB ini –mungkin sudah jadi organ tubuh yg kesekian. Dan sedih juga bila harus diblokir. Meski saya juga siap meloncat ke pilihan handset berikutnya bila itu terjadi *lirik robot hijau* :)
Namun ada baiknya bila kita mulai ‘aware’ akan bahaya dibalik sentralisasi ala RIM. Apakah ada pendapatan negara yang hilang karena RIM tidak punya server di Indonesia? Apakah ada informasi penting yang tanpa kita ketahui, telah dikelola RIM untuk kepentingan tertentu yg merugikan negara kita? Apakah RIM hanya ambil untung dari tingginya pengguna BB di Indonesia tanpa mau bayar upeti sebagai timbal balik? Jangan sampai tanpa sadar, konsumen BB Indonesia malah mendukung kolonialisme era IT. Lagi-lagi kita hanya ter-eksploitasi, tanpa terbagi manfaat nilai tambahnya. So sad, but it’s a hard truth.
Dan soal pornografi, pemerintah seharusnya memang bertindak tegas. Namun menjadi timpang dan tak adil bila prakteknya tebang pilih. RIM yang jauh di mata (Kanada) di sikat, tapi DVD porno di Glodok dibiarkan. Wajar pengguna BB menjerit. Wajar juga wajah kebijakan publik makim suram.
Terakhir, saya menunggu peristiwa itu. Beranikah pemerintah menutup layanan Blackberry?

http://blog.tujukutu.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar